Usamah bin Zaid ra pun pernah bertanya, “Wahai Rasulullah, aku belum pernah melihatmu memperbanyak shiyam seperti puasamu pada bulan Sya’ban.”
Rasulullah lantas menjawab, “Ini adalah bulan yang dilalaikan oleh kebanyakan manusia. Karena ia terletak antara Rajab dan Ramadhan. Ia (juga) merupakan bulan diangkatnya amalan kepada Allah Rabbul ‘Alamiin. Sedangkan aku senang amalanku diangkat dalam keadaan aku sedang puasa.” (HR An-Nasai dan berderajat hasan)
2. Menyambut dengan Gembira
Tak hanya menyambut dengan perasaan gembira, Rasulullah juga memanjatkan doa tatkala melihat hilal yang menjadi pertanda masuknya bulan puasa.
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا رَأَى الْهِلاَلَ قَالَ : اللَّهُ أَكْبَرُ ، اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالأَمْنِ وَالإِيمَانِ وَالسَّلاَمَةِ وَالإِسْلاَم وَالتَّوْفِيقِ لِمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى ، رَبُّنَا وَرَبُّكَ اللَّهُ
Baca Juga: Amalan Dzikir di Hari Jumat Ringan Diucapkan Tapi Berat Timbangannya
“Dari Ibnu Umar dia berkata, bila Rasul melihat hilal dia berkata: 'Allah Maha Besar. Ya Allah, jadikanlah hilal ini bagi kami membawa keamanan, keimanan, keselamatan, keislaman dan taufik kepada yang dicintai Robb kami dan diridhai-Nya. Robb kami dan Robbmu (hilal) adalah Allah'." (HR. Addaromi)
3. Bertaubat, Cara Rasulullah Menyambut Ramadhan
Para ulama mengatakan sebagaimana termaktub dalam kitab Lathaaiful Ma’arif jika diibaratkan waktu setahun sebagai pohon, maka Ramadhan merupakan waktu panen. Sementara bulan Rajab adalah waktu menumbuhkan daun dan Syaban adalah waktu untuk menumbuhkan dahan.