Ketua Perpadi: Tahun Ini Belum Perlu Mengeluarkan Kebijakan Impor

- 11 Maret 2021, 20:06 WIB
Ilustrasi- Pekerja bersiap memanggul satu karung beras, di Gudang Perum Bulog Divre DKI Jakarta dan Banten, Kelapa Gading, Jakarta, beberapa waktu lalu.* Impor beras tidak perlu dilakukan pada saat ini, karena berdekatan dengan masa panen raya. Bulog seharusnya terus serap beras dari petani.
Ilustrasi- Pekerja bersiap memanggul satu karung beras, di Gudang Perum Bulog Divre DKI Jakarta dan Banten, Kelapa Gading, Jakarta, beberapa waktu lalu.* Impor beras tidak perlu dilakukan pada saat ini, karena berdekatan dengan masa panen raya. Bulog seharusnya terus serap beras dari petani. /ANTARA FOTO/Galih Pradipta

Wartasumbawa.co - Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi), Sutarto Alimoeso mengingatkan jajaran Bulog di periode tahun ini untuk segera melakukan penyerapan panen raya secara maksimal. Apalagi, kata Alimoeso, bulan Maret dan April adalah bulannya produksi, dimana para petani mulai menyambut datangnya pundi-pundi.

"Panen Maret dan April ini harus segera diserap, sebab kalau tidak petani dan penggilangan akan jadi korban karena mereka tidak punya outlet. Oleh sebab itu menurut saya, tahun ini belum perlu mengeluarkan kebijakan impor," ujar Alimoeso dalam program Indonesia Business Forum TVOne, Rabu, 10 Maret 2021.

Alhamdulillah, kata Alimoeso, kebijakan impor baru sebatas wacana, sehingga masih bisa dipertimbangkan dengan matang. "Seperti yang disampaikan Kemendag Alhamdulillah ini masih wacana. Tentu kita berharap ada pertimbangan yang matang," katanya.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca untuk Wilayah NTB 12 Maret

Di tempat yang sama, Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Muhammad Firdaus mengatakan bahwa kebijakan impor tidak perlu dilakukan karena semua prediksi baik dari BPS maupun FAO, produksi pangan di tahun 2021 akan jauh lebih baik dibandingkan produksi tahun 2020.

"BPS merilis dan kelihatannya kebutuhan pangan kita cukup. Jadi tidak perlu impor. Kedua kalau kita mempelajari persiapan sampai akhir tahun. BPS dan FAO juga menunjukan data, dimana produksinya positif, perkiraannya lebih baik dibanding 2020," katanya.

Secara teoritis, kata Prof Firdaus, beras adalah permintaan yang sangat elastis karena berkategori bahan pokok. Dengan begitu, kondisi dan ramalan yang ada, baik dari FAO maupun BPS perlu dipertimbangkan untuk sebuah pengambilan kebijakan.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca untuk Wilayah NTB 12 Maret

"Kondisi beras secara internasional menurut FAO aman kok. Saya kira kenapa tidak perlu impor karena stok yang ada di masyarakat juga betul-betul harus dihitung secara cermat," tegasnya.***

Editor: Furkan Sangiang

Sumber: Kementan


Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah