Menteri Gelar Halal Bihalal Virtual

- 15 Mei 2021, 17:46 WIB
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Republik Indonesia, Mahfud MD menyelenggarakan halalbihalal secara virtual dengan para menteri, kepala lembaga negara, dan sejumlah duta besar, Jumat (14/5/2021)
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Republik Indonesia, Mahfud MD menyelenggarakan halalbihalal secara virtual dengan para menteri, kepala lembaga negara, dan sejumlah duta besar, Jumat (14/5/2021) //infopublik

Wartasumbawa.com – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Republik Indonesia, Mahfud MD menyelenggarakan halalbihalal secara virtual dengan para menteri, kepala lembaga negara, dan sejumlah duta besar, Jumat (14/5/2021).

Pada kesempatan tersebut, Menko Polhukam turut bercerita soal sejarah Lebaran di Indonesia, sebagaimana dikutip Wartasumbawa-Pikiran Rakyat dari Infopublik.id pada 15 Mei 2021.

Budaya Lebaran, tutur Menko Polhukam, dimulai di era Syekh Makdum yang lebih dikenal dengan nama Sunan Bonang.

Baca Juga: Pergerakan Penumpang di Kawasan Aglomerasi Terkendali

Setiap selesai Ramadan dan Idulfitri, Sunan Bonang mengumpulkan para santri dan warga kampung. Sunan Bonang lalu berkata pada hadirin bahwa jika seseorang berpuasa dengan baik, maka seluruh dosanya akan diampuni oleh Allah. Orang itu kembali bersih, kembali fitri.

“Namun itu untuk dosa melanggar peraturan-peraturan Allah yang menjadi hak Allah. Tidak akan diampuni dosa kita, dan akan ditagih di akhirat kelak, kalau dosa sesama manusianya tidak di-tabayyun, tidak saling minta maaf, dan saling memberi maaf,” lanjut Menko Polhukam merekonstruksi perkataan Sunan Bonang.

Lalu Mbah Makdum atau Sunan Bonang juga mengajak santri-santrinya setiap hari Lebaran untuk membuat ketupat.

Ketupat adalah nasi yang dibungkus daun kelapa yang masih muda. Sunan Bonang, kata Menko Polhukam, menjadikan ketupat itu sebagai simbol jatining nur (janur). Jatining nur adalah kondisi hati yang bersih karena sudah berpuasa.

“Ketupat juga disebut kupat, kalau dalam bahasa Jawa, kupat itu ngaku lepat, mengaku salah, dan meminta maaf.

Halaman:

Editor: M. Syaiful

Sumber: infopublik.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah