Akibat Pengabaian Manajemen Risiko Industri TBBM Plumpang di lingkungan Padat Penduduk

- 19 Maret 2023, 09:36 WIB
Akibat pengabaian manajemen risiko industri TBBM Plumpang di lingkungan padat penduduk
Akibat pengabaian manajemen risiko industri TBBM Plumpang di lingkungan padat penduduk /Dok/

JURNAL SUMBAWA - Sebagai salah bentuk program respon kejadian kebakaran di Depo Pertamina Plumpang, Indonesia Resilience baru saja mengadakan kegiatan Seri Diskusi #GenerasiTangguh “Kebakaran Depo Plumpang; Ancaman Bencana Industri di kota”.

Diikuti oleh puluhan peserta, diskusi pun berjalan dengan lancar karena banyaknya pertanyaan dan pendapat yang muncul dari peserta. Diskusi diawali oleh Muhammad Huda dari Forum Komunikasi Tanah Merah Bersatu (FKTMB) yang membahas tentang bagaimana terjadinya peristiwa kebakaran Plumpang beserta kondisi masyarakat saat ini dan sejarah konflik agraria di kawasan Tanah Merah.

“Awal kejadian, terdapat bau menyengat hingga warga mengalami muntah. Mereka bertanya-tanya bagaimana sistem keamanannya. Selama tinggal di Tanah Merah, pihak Pertamina tidak pernah ada yang namanya CSR. Artinya tidak ada mitigasi bencana di lingkungan sekitar, seperti informasi jalur evakuasi. Hal tersebut perlu dilakukan mengingat sebagai bentuk early warning system.” ungkap Huda dalam keterangan tertilisnya, Sabtu, 18 Maret 2023.

Baca Juga: 4 Hari Menghilang, Seorang Warga di Bima Ditemukan Tewas Menggantung dengan Kondisi Membusuk

Kemudian diskusi disambung oleh Hafidz Affandi dari Sustainability Learning Center (SLC). “Dalam setiap tragedi bencana yang perlu diselamatkan adalah korban dan manusia. Jangan diseret ke politis, Pertamina harus segera menyelamatkan manusia. Selain itu korporat, holding juga harus turun tangan. Kedua, masalah agraria harus ada putusan politik,” ujarnya.

Ia menyampaikan bahwa Pertamina harus menata dua hal, yaitu manajemen risiko di lingkungan sekitar dan dari sisi perusahaan perlu memikirkan ulang bagaimana mereka membangun sistem ulang dan tidak hanya menyalahkan human error.

Dilanjutkan oleh Direktur Eksekutif Indonesia Resilience (IRE) Hari Akbar Apriawan, “Dalam konteks bencana, kita tidak bisa memindahkan masyarakatnya. Ketika relokasi di wilayah tersebut, maka kita akan menghilangkan ekonomi, tempat tinggal, budaya, dan lain-lain. Yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kapasitas di masyarakat agar dapat menjauhi ancamannya,” ujarnya.

Baca Juga: Penganiyaan, Kejagung Tegaskan Mario Dandy Tak Layak Dapat Restorative Justice

Harapannya, kejadian kebakaran di Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM)  Plumpang dapat menjadi titik balik dalam membangun kesadaran kolektif untuk memastikan sistem bisnis berkelanjutan di perusahaan-perusahaan yang memiliki risiko tinggi. Perusahaan perlu melakukan investigasi dan audit internal atas kejadian tersebut.

Halaman:

Editor: Muslimin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x