“Di awal saya ditugaskan di sini, sekitar 2 tahun lalu, itu banyak saya lihat balita-balita yang kurang gizi yang orang tuanya sendiri nggak paham. Karena selama ini mereka melihat anaknya makan, tapi begitu ditanya makannya apa ternyata jajanan-jajanan yang nggak bergizi sama sekali, ya itu tadi, kita ngasuh anak mengikuti bagaimana orang tua dulu mengasuh kita, termasuk pemberian kental manis, dulu iklannya susu, sekarang sudah tidak ada iklannya tapi masih diberikan untuk anak, ” jelas Zakir.
Karena itu, guna mengatasi permasalahan gizi buruk dans tunting, ia bersama jajarannya melakukan berbagai upaya agar masyarakat lebih sadar bahaya gizi buruk.
“Yang paling efektif adalah kita optimalkan posyandu. Agar masyarakatnya pintar kader Posyandu nya juga harus pintar, jadi kita fokus dulu ke pembenahan posyandu dan pembekalan kader,” jelas Zakir.***