Ketika itu, Argentina sudah unggul 1-0 dan laga menyisakan enam menit terakhir babak ke-2.
Pembatalan gol tersebut membuat para pendukung Peru tidak terima oleh keputusan wasit dan ‘menginvasi’ lapangan secara serentak.
Diketahui penonton yang datang pada waktu itu sekitar 53.000 orang. Sebagian turun ke lapangan dan kerusuhan tidak terhindarkan.
Polisi Peru menembakkan tabung gas air mata ke tribune utara untuk mencegah lebih banyak penggemar menyerbu lapangan permainan.
Hal ini menyebabkan kepanikan dan upaya eksodus massal untuk menghindari gas.
Alih-alih dibuka, gerbang pintu stadion ini masih ditutup seperti biasanya di setiap pertandingan.
Seperti yang kini terjadi di Kanjuruhan Malang, ketika penonton panik karena memaksa merangsek ke pintu keluar, sedangkan pintu malah tertutup rapat dan gas air mata ditembakkan oleh polisi di Kanjuruhan.
Sebagian suporter tewas karena kekurangan oksigen, dan terinjak-injak saat berhamburan menuju pintu keluar.