Memberdayakan Perempuan Melalui Bisnis Berkelanjutan

- 4 Juli 2021, 13:36 WIB
NAKA Kotobuki, pendiri perusahaan SANCHAI, mendirikan pabrik di daerah terpencil Nepal untuk membuat selai kacang dari kacang tanah pusaka yang ditanam secara lokal, untuk menghentikan gelombang depopulasi
NAKA Kotobuki, pendiri perusahaan SANCHAI, mendirikan pabrik di daerah terpencil Nepal untuk membuat selai kacang dari kacang tanah pusaka yang ditanam secara lokal, untuk menghentikan gelombang depopulasi //japan

Wartasumbawa.com — Di era pascapandemi Covid-19, bisnis yang mengutamakan tanggung jawab sosial – daripada mengejar keuntungan – mungkin menjadi mainstream.

Di Uganda, NAKAMOTO Chizu, yang menjalankan perusahaan tas tangan dan aksesori RICCI EVERYDAY, mendukung wanita lokal dengan menggunakan cetakan Afrika untuk memproduksi tas tangan yang dijual di Jepang.

NAKA Kotobuki, pendiri perusahaan SANCHAI, mendirikan pabrik di daerah terpencil Nepal untuk membuat selai kacang dari kacang tanah pusaka yang ditanam secara lokal, untuk menghentikan gelombang depopulasi.

Nakamoto dan Naka telah membangun sistem produksi di Uganda dan Nepal, menciptakan lapangan kerja lokal dan membantu memecahkan beberapa masalah sosial negara. Bahkan selama pandemi Covid-19, kedua perusahaan tetap mempertahankan karyawan mereka dan tetap membayar mereka saat cuti.

NAKAMOTO Chizu tertarik pada kepemimpinan dan menemukan kegembiraan bekerja dengan orang lain sejak usia dini.

“Di sekolah menengah, saya menonton film dokumenter tentang OGATA Sadako, wanita pertama yang memimpin Badan Pengungsi PBB. Saya mengagumi cara dia terjun ke lapangan dan menyusun kebijakan dengan mempertimbangkan orang – bukan politik –,” kata Nakamoto.

Di sekolah pascasarjana, dia belajar bagaimana bisnis dapat menciptakan lapangan kerja yang membantu orang mendapatkan kepercayaan diri dan menjalani kehidupan yang lebih baik dan lebih memuaskan.

Kemudian, dia bekerja untuk sebuah organisasi non-pemerintah yang mendukung pertanian di Afrika Sub-Sahara dan ditempatkan di Uganda pada tahun 2014. Di sana, dia menemukan cetakan tradisional Afrika untuk pertama kalinya di pasar lokal.

“Saya benar-benar terpikat oleh banyaknya kain bermotif kaya dan warna-warna cerah yang menghiasi dinding,” kenangnya, sebagaimana dikutip Wartasumbawa-Pikiran Rakyat dari forbes.com pada 4 Juli 2021.

Halaman:

Editor: M. Syaiful

Sumber: japan.go.jp


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah