Network
JURNAL SUMBAWA - Bocah berusia tujuh tahun dinyatakan meninggal dunia usai melakukan operasi amandel.
Setelah menjalani operasi amandel, bocah tersebut di vonis mati batang otak dan tidak sadarkan diri.
Oleh karena itu, pihak korban menduga pihak rumah sakit terjadi Malpraktik dan melaporkan langsung ke Polda Metro Jaya.
Baca Juga: Mati Batang Otak Usai Jalani Operasi Amandel, Bocah Usia Tujuh Tahun Kini Meninggal Dunia
Untuk mengetahui beberapa fakta yang terungkap dalam kasus bocah yang di vonis mati batang otak setelah menjalani operasi, simak ulasan berikut ini.
1. Korban Dinyatakan Meninggal Dunia
Korban yakni bocah A (7) telah dinyatakan meninggal dunia pada Senin 2 Oktober 2023. pukul 18.45 WIB di rumah sakit. Informasi tersebut dibenarkan oleh ayah korban, Albert Francis.
"Betul, anak saya sudah meninggal dunia," kata Albert saat dihubungi, Senin 2 Oktober 2023.
Baca Juga: Kominfo Gunakan Strategi Diseminasi untuk Ciptakan Pemilu Damai 2024
Sebelum dinyatakan meninggal dunia, korban sempat tidak sadarkan diri selama 13 hari. Korban A tidak kunjung siuman usai menjalani operasi amandel pada Selasa 19 September 2023. Saat itu kondisinya kritis dan tidak ada perkembangan.
2. Awal Mula Korban di Operasi Amandel
Pengacara keluarga korban, Cahaya Christmanto menjelaskan, operasi amandel dilakukan pada Selasa 19 September 2023). Saat itu korban A (7) dan kakaknya J (10) sama-sama menjalani operasi amandel bersama di rumah sakit tersebut. Korban A menjalani operasi terlebih dahulu sebelum kakaknya.
3. Korban di Diagnosis Mati Batang Otak
Saat operasi selesai, korban A tidak kunjung sadarkan diri. Pihak dokter lantas mendiagnosis korban mengalami kondisi mati batang otak.
"Nah setelah itu kami tunggu-tunggu, lalu di hari setelah hari 3 itu, dokter rumah sakit mengatakan bahwa anak ini sudah mengalami mati batang otak," kata pengacara keluarga korban, Cahaya Christmanto
Christmanto merasa heran karena operasi amandel yang dilakukan berujung diagnosis batang otak mati. Atas hal tersebut, pihak keluarga menduga adanya dugaan malpraktik yang dilakukan pihak rumah sakit dan dokter.***
