Kasus Jessica, Ahli Forensik Yakin yang Bunuh Mirna Bukan Sianida: Terungkap 5 Fakta Dibawah Ini

- 10 Oktober 2023, 09:51 WIB
Kasus Jessica, Ahli Forensik Yakin yang Bunuh Mirna Bukan Sianida: Terungkap 5 Fakta Dibawah Ini
Kasus Jessica, Ahli Forensik Yakin yang Bunuh Mirna Bukan Sianida: Terungkap 5 Fakta Dibawah Ini /

JURNAL SMBAWA - Kasus pembunuhan terhadap Jessica ditahun 2016 silam, terkuak beberapa fakta yang muncul. Bahkan, ahli forensik menyatakan Mirna Salihin tidak dibunuh dengan Sianida

dr Djaja Surya Atmaja selaku ahli forensik mengatakan, kematian Mirna Salihin tidak disebabkan oleh racun Sianida yang diminumnya, ia membeberkan dengan se yakin-yakinnya dalam podcast Dr. Richard Lee yang tayang pada Sabtu, 7 Oktober 2023.

Sebelumnya, dr Djaja merupakan dokter yang bertugas mengawetkan jenazah dalam kasus kematian Mirna Salihin tujuh tahun silam dan dirinya juga selaku Dosen senior Universitas Indonesia.

Baca Juga: Hotman Paris Sebut Kasus Jessica Tak Memenuhi Dua Alat Bukti, Hakim Tak Boleh Mendahului

Dari kasus racun Kopi Sianida tersebut, muncul beberapa fakta atas kematian Mirna Salihin;

  1. Ditemukan Tukak Lambung

Penemuan dokter ahli forensik yang memeriksa mayat Mirna Salihin ternyata tidak cocok dengan gejala orang yang keracunan sianida. Ia menemukan darah hitam dalam lambung, serta terdapat tukak lambung atau luka pada lambung Mirna. Penemuan luka tersebut diambil dan diperiksa, dan ternyata hasilnya adalah sel radang bulat.

"Jadi kalau ada luka baru, misalnya karena bahan kimia, maka yang ada itu sel PMN (Polymorphonuclear). Tapi kalau udah lama, prosesnya udah kronis, maka sel radanganya bulat-bulat semua, yaitu limfosit dan monosit," jelas dokter Djaja.

  1. Kadar Sianida yang Ditemukan Dalam Tubuh

Malam sebelum jenazah Mirna dimakamkan, kelurga mengizinkan otopsi. Namun, sesampai di Rumah Sakit Polri, pihak keluarga hanya membolehkan pengambilan sampel saja.

Baca Juga: Didiet Maulana Takjub, Shopee Tunjukkan Bukti Batik Lokal Juga Layak Ekspor

"Diambil isi lambungnya, ambil jaringan hatinya, darah, dan urine. Udah (tubuh korban) ditutup lagi," ungkap dokter Djaja di podcast Richard Lee.

Dari sampel kedua yang diambil di RS Polri, tidak ditemukan Sianida dalam hati, darah, dan urine Mirna. Sianida hanya ditemukan di lambung, dengan kadar 0,2 mg. Hal itu bertentangan dengan hasil penelitian sampel pertama.

"Logikanya kalau ada sianida dalam kadar besar, terus kemudian jadi kecil, itu mungkin masuk di akal. Tapi kalau tidak ada kemudian jadi ada, itu kan tanda tanya. Dari mana?," cetus pria lulusan Kobe University, Jepang, tersebut.

Kadar Sianida dalam tubuh Mirna juga disebut sangat kecil untuk bisa mengakibatkan kematian pada manusia. Kadar yang bisa mengakibatkan kematian biasanya antara 150-250 mg.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Cinta Rabu 11 Oktober 2023, Sagitarius Merasa Emosional Hari Ini

"Jadi jika 150 ml masuk ke lambung, dan lambung kita penuh air, maka 150 ml/liter, itu 2 jam setelahnya harusnya masih ada di urine, di darah, di hati," jelas dokter Djaja.

  1. Tidak Dilakukan Otopsi Menyeluruh

Bukti yang menyatakan bahwa Mirna Salihin meninggal karena racun Sianida sebenranya sangat lemah jika dilihat berdasarkan hasil forensik. Namun, karena kelurga Mirna tidak mengizinkan untuk otopsi menyuluruh, maka kematian Mirna masih menimbulkan kejanggalan.

Dalam persidangan juga terdapat kejanggalan mengenai kadar Sianida yang terdapat pada gelas es kopi Vietnam yang diminum oleh Mirna Salihin, yakni sebesar 7400 mg. Menurut dokter Djaja kadar tersebut terlalu besar jika tidak disadari oleh orang-orang di sekitar kafe.

"Jadi, 1 mg per liter sianida itu 84 persen orang Indonesia bisa nyium. Tapi kalau sianida segitu (7400 mg, red) pasti pingsan semua (pengunjung Café Olivier, Red)," pungkas dokter Djaja.

Baca Juga: Pria di Dompu Ditemukan Gantung Diri, Motif Tak Diketahui

Ya, film dokumenter Netflix, yang berjudul Ice Cold: Murder, Coffe and Jesica Wongso berhasil membuat publik kembali berspekualasi terhadap kasus Kopi Sianida Jesica Wongso.

Kini, tujuh tahun setelah peristiwa yang mengguncangkan dunia peradilan Indonesia itu, semua pihak makin berani angkat bicara. Jadi, apakah Anda percaya bahwa Jessica tidak bersalah?

  1. Warna dan Aroma Jasad

Dokter Djaja menerima jenazah Mirna Salihin dua jam setelah kematian perempuan berusia 27 tahun tersebut. Kala itu ia ditugaskan untuk mengawetkan jenazah tersebut. Karena akan disemayamkan di Rumah Duka Dharmais, Jakarta. Djaja menyarankan agar Mirna diotopsi. Namun keluarga menolak.

Sebelum mengawetkan jenazah Mirna Salihin, Djaja melakukan pemeriksa luar terhadap tubuh korban. Karena ia mendengar bahwa penyebab kematian adalah racun Sianida.

Baca Juga: Hari Batik Nasional, Shopee Dukung Penuh Produsen Batik Lokal Ekspor Produk Ke Pasar Global

Namun, ketika diperiksa, wajah dan tubuh Mirna Salihin berwarna kebiruan. Padahal, kalau benar meninggal karena Sianida, seharusnya berwarna merah cerah.

Selain itu, ketika Djaja menekan lambung Mirna sembari mencium hawa yang keluar dari mulut dia, tidak dideteksi bau sianida sedikit pun. Pada penelitian sampel pertama, yakni pada muntahan Mirna, juga tidak ditemukan senyawa Sianida

  1. Tidak Ditemukan Tiosianat

Djaja menjelaskan, Sianida mampu menyebabkan kematian apabila masuk ke aliran darah, bukan ke lambung. Seperti yang kita ketahui, dari lambung sari makanan akan menuju ke hati untuk didetoksifikasi. Alias penetralan racun. Jadi Sianida dinetralkan dengan tiosianat alami dalam tubuh manusia.

"Maka salah satu tanda bahwa dia sudah kemasukan Sianida adalah ada tiosianat di dalam hati, darah, dan urine. Bahkan kalau diperiksa di liur juga ada. Nah itu di jasad Mirna Salihin, tidak ada," jelas dokter Djaja.***

 

Editor: Ahmad D


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah