Kerusuhan Arema Vs Persebaya Tewaskan 187 Orang, Tragedi Kedua di Dunia Setelah Laga Berdarah Estadio Nacional

2 Oktober 2022, 16:46 WIB
Kerusuhan Arema Vs Persebaya Tewaskan 187 Orang, Tragedi Kedua di Dunia Setelah Laga Berdarah Estadio Nacional /Tangkapan layar YouTube/

JURNAL SUMBAWA - Dunia olahraga sepak bola Tanah Air kembali berduka atas tragedi memilukan usai pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuran Malang pada Sabtu, 1 Oktober 2022 malam.

Menurut laporan terakhir, Tragedi kerusuhan dalam Stadion Kanjuran itu merenggut korban jiwa hingga 187 orang.

Dengan demikian, kerusuhan usai pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya itu tercatat sebagai tragedi terbesar kedua dalam sejarah sepak bola dunia.

Baca Juga: Kronologi Tragedi Kerusuhan Arema FC vs Persebaya Surabaya yang Memakan Ratusan Nyawa

Dilansir dari The Guardian, pada 24 Mei tahun 1964 tragedi di Stadion Estadio Nacional menewaskan sekitar 325 suporter pendukung tuan rumah. Saat pertandingan Peru melawan Argentina.

Dalam laga babak kualifikasi untuk turnamen sepak bola Olimpiade Tokyo itu, Peru sangat membutuhkan kemenangan untuk bisa lolos.

Setali tiga uang, dengan Tragedi Kanjuruhan Malang, kerusuhan ini disebabkan juga oleh tembakan gas air mata yang dilakukan petugas keamanan setempat dengan alasan mencegah lebih banyak penggemar menyerbu lapangan Estadio Nacional.

Baca Juga: Potensi Langgar Aturan FIFA, Arema FC VS Persebaya Surabaya di Liga 1 Menyita Perhatian Publik

Tragedi kemarahan pendukung Peru ini disebabkan dari keputusan wasit asal Uruguay bernama Ángel Eduardo Pazos, menganulir gol penyeimbang dari gelandang timnas Peru.

Ketika itu, Argentina sudah unggul 1-0 dan laga menyisakan enam menit terakhir babak ke-2.

Pembatalan gol tersebut membuat para pendukung Peru tidak terima oleh keputusan wasit dan ‘menginvasi’ lapangan secara serentak.

Baca Juga: Tegas, Presiden Jokowi Minta PSSI Hentikan Sementara Laga BRI Liga 1 Imbas Kerusuhan Arema FC Vs Persebaya

Diketahui penonton yang datang pada waktu itu sekitar 53.000 orang. Sebagian turun ke lapangan dan kerusuhan tidak terhindarkan.

Polisi Peru menembakkan tabung gas air mata ke tribune utara untuk mencegah lebih banyak penggemar menyerbu lapangan permainan.

Hal ini menyebabkan kepanikan dan upaya eksodus massal untuk menghindari gas.

Baca Juga: Imbas Tragedi Kerusuhan Arema FC vs Persebaya Surabaya, Laga BRI Liga 1 Berpotensi Tanpa Penonton di Stadion

Alih-alih dibuka, gerbang pintu stadion ini masih ditutup seperti biasanya di setiap pertandingan.

Seperti yang kini terjadi di Kanjuruhan Malang, ketika penonton panik karena memaksa merangsek ke pintu keluar, sedangkan pintu malah tertutup rapat dan gas air mata ditembakkan oleh polisi di Kanjuruhan.

Sebagian suporter tewas karena kekurangan oksigen, dan terinjak-injak saat berhamburan menuju pintu keluar.

Tragedi di Estadio Nacional dan Kanjuruhan Malang menjadi sebuah ironi bagi sebuah sepak bola yang sejatinya adalah permainan yang menyimpan karya seni di dalamnya.***

Editor: Muslimin

Tags

Terkini

Terpopuler