"Perbedaan sering kali terjadi pada saat posisi-posisi hilal awal bulan sedikit berada di atas ufuk, yaitu antara 0-2 derajat," tulis Siti.
Setelah lebih dari setengah abad berdiri, BHR pun hingga kini belum berhasil menyeragamkan sistem hisab dan kriteria penetapan awal bulan.
Menurut Siti, salah satu alasannya adalah karena setiap kelompok aliran Islam "masih mengedepankan ego masing-masing dan tidak mau mengalah untuk kemaslahatan bersama".
Baca Juga: Resep Opor Ayam Kuning, Cocok Jadi Menu Makan Sahur Pertama di Bulan Ramadhan
"Banyak dari mereka yang masih mengandalkan ego masing-masing dan ingin lebih menonjol daripada yang lain walaupun tidak berbasis objektif ilmiah," Lanjut Siti.
Ahmad Nurcholish, aktivis dari Pusat Studi Agama dan Perdamaian (ICRP), mengatakan pengikut militan Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, selalu punya perbedaan dalam penetapan, makanya sidang isbat juga diperlukan.
Namun, itu bukan berarti sidang isbat sama sekali tak berguna. Selain menunjukkan kehadiran negara, hasil sidang juga tetap menjadi acuan bagi sejumlah umat Islam, utamanya yang tak tergabung ke dua organisasi besar tersebut, kata Ahmad.
Lanjutnya,"Kita kan juga tidak bisa mengabaikan, ada masyarakat di luar dua ormas itu kan".***