Network
JURNAL SUMBAWA - Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso angkat suara terkait dengan kasus kebocoran data yang marak terjadi akhir-akhir ini.
Menurut Sutiyoso, kebocoran data tersebut merupakan suatu hal yang urgen untuk ditangani. Dalam hal ini, Bang Yos, sapaan akrab Sutiyoso, menyoroti kebocoran data E-KTP, bukan data-data di ranah siber, sebagai sebuah kedaruratan karena menjadi basis data kependudukan rakyat Indonesia secara luas.
Menurutnya, data di ranah siber cenderung masih kontroversial, belum jelas, dan simpang siur. Ia berharap pemerintah juga menitikberatkan fokus permasalahan pada data E-KTP.
Baca Juga: Contoh Soal Bahasa Inggris Untuk UTS SD atau MI Tahun 2022, Lengkap dengan Kunci Jawaban
Pertama, Sutiyoso melihat proyek E-KTP sejak awal tampak “cacat lahir”. Terdapat korupsi besar-besaran saat proyek pertama kali dibuat pada tahun 2012 hingga 2014 yang dilakukan oleh oknum legislatif dan eksekutif.
“Terbukti dari terungkapnya kasus korupsi E-KTP. Pimpinan tertinggi DPR RI ditangkap dan divonis 15 tahun penjara. Dan saya rasa masih ada oknum lain yang belum sempat tertangani,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin, 19 September 2022.
Kedua, Sutiyoso menganggap sebuah proyek yang cacat lahir pasti tidak akan sempurna sebagaimana yang direncanakan. Konon kabarnya, dari anggaran dana 6 triliun ini ada lebih dari separuhnya yang “dijarah” beramai-ramai.
Baca Juga: Kumpulan Contoh Soal UTS PTS Tema 1 Untuk Kelas 3 SD dan MI Tahun 2022, Lengkap dengan Kunci Jawaban
“Saya mendengar, dalam kasus ini ada subkontraktor yang tidak dibayarkan oleh konsorsium. Akibatnya ada sekitar 90 juta keping chip E-KTP penduduk Indonesia yang “hilang” atau ditahan oleh subkontraktor tersebut. Kemana data itu?” kata Sutiyoso mempertanyakan.
