Wartasumbawa.com - Gelombang kecaman internasional terhadap penguasa militer Myanmar meningkat pada hari Minggu, setelah pasukan keamanan menembaki pengunjuk rasa anti-kudeta di kota Mandalay, setidaknya menewaskan sedikitnya dua orang dan melukai puluhan lainnya.
Pihak facebook menghapus halaman utama militer Myanmar karena menghasut kekerasan sementara Antonio Guterres, ketua Perserikatan Bangsa-Bangsa, menyampaikan keprihatin terhadap kondisi terkini Myanmar.
“Saya mengutuk penggunaan kekerasan mematikan di Myanmar,” tulis Guterres di akun Twitter pribadinya. “Penggunaan kekuatan mematikan, intimidasi dan pelecehan terhadap demonstran damai tidak dapat diterima”.
Baca Juga: Desa di Prancis Tolak ‘Antena Internet Satelit’ Elon Musk
“Setiap orang berhak untuk berkumpul secara damai,” ujarnya. “Saya meminta semua pihak untuk menghormati hasil pemilihan dan kembali ke pemerintahan sipil”.
Militer Myanmar, yang dikenal sebagai Tatmadaw, merebut kekuasaan pada 1 Februari setelah menuduh kecurangan dalam pemilu yang mengembalikan Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Aung San Suu Kyi ke tampuk kekuasaan pada November lalu.
Pengambilalihan itu terjadi satu dekade setelah berakhirnya hampir 50 tahun pemerintahan militer yang ketat, dan telah memicu pemogokan umum dan demonstrasi di kota-kota besar dan kecil di seluruh Myanmar.
Anggota etnis minoritas, penyair, rapper, dan pekerja transportasi berbaris pada hari Sabtu di berbagai tempat, hingga ketegangan meningkat dengan cepat di Mandalay dimana polisi dan tentara melepaskan tembakan ke arah pekerja yang mogok di dermaga Yadanabon di Mandalay.