Puluhan eksekusi tersebut terkait dengan kekerasan politik. Banyak dari persidangan dirusak oleh pelanggaran hak asasi manusia yang serius, termasuk penyiksaan dan penghilangan paksa, kata laporan itu.
Lonjakan eksekusi di Mesir terjadi antara Oktober dan November ketika pemerintah mengeksekusi 57 orang, termasuk empat wanita. Beberapa organisasi hak asasi manusia mengecam eksekusi tersebut.
Di tempat keempat, Irak mengeksekusi lebih dari 45 orang tahun lalu. Jumlah itu masih kurang dari setengah jumlah eksekusi yang dilakukan oleh otoritas Irak pada 2019, kata laporan itu.
Beberapa dari kasus tersebut melibatkan narapidana dalam kejahatan terkait terorisme, yang menurut para ahli hak asasi manusia PBB, menghadapi persidangan yang tidak adil.
Dengan setidaknya 27 eksekusi, Arab Saudi dianggap sebagai algojo global kelima teratas pada tahun 2020, menurut laporan itu.
Meski demikian, jumlah eksekusi yang tercatat di Arab Saudi turun 85 persen dari 184 pada 2019.
Kritik terhadap catatan hak asasi manusia Arab Saudi telah berkembang sejak Raja Salman menamai putranya Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) sebagai putra mahkota dan pewaris takhta pada Juni 2017 dan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi dibunuh di dalam konsulat Saudi di kota Istanbul Turki. pada Oktober 2018.
Dalam kemunduran besar, AS menjadi satu-satunya negara di Amerika yang melakukan eksekusi pada tahun 2020 setelah pemerintahan Trump melakukan eksekusi federal pertama dalam 17 tahun pada Juli 2020.
Namun, pada tahun 2020, AS mencapai angka eksekusi terendah dalam hampir 30 tahun.
Pelanggaran hukum internasional