Pemerintah Bersama Swasta, Akademisi, Organisasi Masyarakat, dan Media Perlu Satu Suara Mengatasi Stunting

- 15 Desember 2023, 18:44 WIB
Pemerintah Bersama Swasta, Akademisi, Organisasi Masyarakat, dan Media Perlu Satu Suara Mengatasi Stunting
Pemerintah Bersama Swasta, Akademisi, Organisasi Masyarakat, dan Media Perlu Satu Suara Mengatasi Stunting /

Ketua bidang advokasi YAICI, Yuli Supriati menyoroti kampanye penanganan stunting yang selama ini di gaungkan tidak berdasar pada persoalan yang dihadapi oleh masyarakat.

“Selama ini narasi mengatasi stunting adalah dengan ASI ekslusif. Ibu itu bukannya tidak mau memberikan ASI ekslusif untuk anaknya, tapi karena tidak mampu, karena bekerja, karena kondisi kesehatan dan ibu meninggal. Anak-anak yang tidak mendapat ASI ekslusif ini larinya ke kental manis,” jelas Yuli membeberkan temuan-temuannya saat berdialog dengan masyarakat.

Roesmarni Rusli, dari Repdem dalam kesempatan itu mempertanyakan mekanisme pengawasan peredaran produk dengan kandungan gula yang tinggi di masyarakat. “Produk kental manis ini berdasarkan PerBPOM NO 31 th 2018, sudah di atur bahwa pada labelnya tidak boleh menyertakan kata susu, seharusnya di tulis krimer kental manis. Sekarang, kalau kita lihat, pad akemasan kental manis kembali lagi mencantumkan susu kental manis, ini apakah BPOM kembali merubah peraturannya atau memang tidak ada pengawasan terhadap ini?” tanya Roesmarni.

Penata kependudukan dan KB ahli madya Dr Maria Gayatri SSi MAPS yang turut hadir dalam kesempatan itu mengakui, persoalan kental manis seharusnya mendapat perhatian lebih. “Susu kental manis ini jarang sekali dibahas di BKKBN, nanti akan disampaikan ke pimpinan,” ujar Maria. Lebih lanjut, ia mengatakan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) saat ini sedang melakukan audit kasus stunting. Hal ini untuk mengetahui faktor-faktor resiko penyebab stunting.

Baca Juga: Tata Laksana Stunting Harus Berpedoman pada Jenis dan Rasio Protein Hewani Untuk Capai Prevalensi 14 Persen

Dokter anak RS Mayapada dr. Kurniawan Satria Denta, M.Sc, Sp.A yang turut hadir dalam kesempatan itu mengatakan salah satu kunci mencegah stunting adalah kualitas protein yang diberikan untuk anak.

“Protein yang paling baik adalah protein hewani, telur, ikan susu, ini jenis protein hewani yang tersedia di sekililing kita,” jelas dr. Denta. Selain itu, ia juga menyoroti masifnya informasi yang beredar di masyarakat juga memicu pola makan yang salah pada anak.

“Di tiktok saya lihat, ada ibu-ibu memberikan kental manis untuk anak yang belum 1 bulan. Saat ibu-ibu lain melihat dan mereka tidak dibekali edukasi gizi yang cukup, bisa saja dia meniru perilaku ini. Ini menurut saya juga harus di atasi,” tegasnya.

Baca Juga: Stunting! Hasil Penelitian Persepsi Masyarakat Terhadap Kental Manis Sebagai Susu Masih Tinggi

YAICI dengan para mitra berkomitmen untuk terus meningkatkan upaya edukasi, memperkuat pemahaman tentang gizi yang baik, dan bekerja sama dengan pemerintah daerah serta pihak terkait guna mengatasi akar permasalahan yang menyebabkan gizi buruk dan stunting. Hasil dari urun rembuk bersama para mitra tersebut diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintahan dan seluruh stakeholder terkait untuk bersama-sama bergerak mengatasi stunting.***

Halaman:

Editor: Ahmad D


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah