Tata Laksana Stunting Harus Berpedoman pada Jenis dan Rasio Protein Hewani Untuk Capai Prevalensi 14 Persen

- 18 September 2023, 13:40 WIB
Tata Laksana Stunting Harus Berpedoman pada Jenis dan Rasio Protein Hewani Untuk Capai Prevalensi 14 Persen
Tata Laksana Stunting Harus Berpedoman pada Jenis dan Rasio Protein Hewani Untuk Capai Prevalensi 14 Persen /

JURNAL SUMBAWA - Gangguan tumbuh kembang anak berupa stunting masih menjadi masalah kesehatan nasional yang mendapat perhatian serius dari pemerintah kita. Mengacu pada hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, prevalensi stunting di Indonesia berada di angka 21,6 persen.

Meski telah mengalami penurunan dari 24,4 persen di tahun 2021, namun angka prevalensi stunting ini masih belum memenuhi standar WHO yang semestinya tidak lebih dari 20 persen

Dalam strategi nasional, pemerintah menargetkan penurunan stunting hingga ke angka 14 persen pada 2024.

Baca Juga: Curi Start Kampanye, KPU Mandul dan Tak Konsisten dengan Aturan Sendiri

Dalam Webinar Nasional Asupan Hewani Untuk Tatalaksana Stunting yang diselenggarakan pada 30 Agustus 2023, Dr. Nur Aisiyah Widjaja, Sp.A (K), mengingatkan pentingnya memperhatikan asupan gizi anak di masa MPASI. Karena, penyebab stunting yang sering ditemukan adalah pemberian MPASI yang tidak adekuat. Dr. Nuril mengungkapkan bahwa 60,6 persen stunting terjadi antara lahir sampai usia 2 tahun, dan 28 persen terjadi antara usia 2-5 tahun.

“Setelah anak berusia 6 bulan, konsumsi ASI saja (eksklusif) tak lagi mampu mencukupi kebutuhan gizinya. Ketika anak menginjak usia 6 bulan, kandungan zat gizi makro terutama protein, lemak, dan karbohidrat pada ASI akan mengalami penurunan. Ketika anak berusia 6-8 bulan kandungan gizi ASI berkurang 30 persen, lalu pada usia 9-11 bulan berkurang lagi hingga 50 persen, dan selanjutnya terus berkurang hingga 70 persen. Kandungan zat gizi mikro seperti zat besi dan zink di dalam ASI juga mengalami penurunan hingga 95 – 97 persen setelah anak berusia 6 bulan,” papar dr. Nuril.

Lebih lanjut, dr. Nuril juga memaparkan temuan bukti data bahwa balita weight faltering yang tidak segera diintervensi menyebabkan penurunan status gizi akut (BB kurang/sangat kurang) dan kronis (stunting). “Bukti menunjukkan balita stunting diawali dengan weight faltering di usia < 1 tahun dan kondisi kekurangan gizi menahun (kronis),” kata dr. Nuril.

Baca Juga: Perekrutan ASN PPPK Diruang Lingkup Pemprov NTB, Anda Bisa Daftar Melalui Link Dibawah Ini

Untuk meningkatkan kualitas MPASI, langkah penting yang dapat dilakukan adalah meningkatkan konsumsi protein hewani. Mencukupi asupan protein hewani dipercaya efektif untuk mencegah kondisi stunting pada anak.

Halaman:

Editor: Ahmad D


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x