Nahdatul Ulama (NU) mengatakan "mustahil" untuk menghapus sidang isbat, yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam sejarah Islam.
Sidang isbat sendiri, rencananya akan dilaksanakan pada 10 Maret, untuk menentukan hari pertama Ramadan versi pemerintah dan NU sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia.
Ini dilakukan dengan mempertimbangkan hisab dan hasil pemantauan hilal di 134 lokasi di seluruh Indonesia.
Muhammadiyah menggunakan metode hisab hakiki yang berpatokan pada peredaran bulan dan matahari secara hakiki atau sebenarnya, dengan kriteria wujudul hilal atau terbentuknya hilal – bulan sabit tipis yang menandai awal bulan baru.
Baca Juga: Resep Opor Ayam Kuning, Cocok Jadi Menu Makan Sahur Pertama di Bulan Ramadhan
Ini berbeda dengan Nahdlatul Ulama (NU) yang menggunakan metode rukyatul hilal (rukyat) atau pemantauan hilal sebagai penentu keputusan akhir. Mudahnya, untuk menentukan awal bulan baru, hilal harus benar-benar terlihat mata.
"Nahdlatul Ulama sejak dulu menetapkan bahwa awal bulan Hijriah, termasuk Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha ditentukan dengan metode rukyatul hilal," tulis NU di situsnya.
"NU juga melakukan metode hisab, tetapi bukan keputusan akhir. Karena menurut K.H. Ghazalie Masroeri, metode hisab hanya bersifat prediktif."
Di sisi lain, pemerintah Indonesia memakai metode hisab imkanur rukyat atau visibilitas hilal.