Network
JURNAL SUMBAWA - Anjloknya harga jagung belakangan ini telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan petani dan pelaku pasar pangan khususnya di daerah Kabupaten Bima. Perubahan ini memiliki dampak yang signifikan pada ekonomi pertanian dan rantai pasok pangan secara keseluruhan.
Mahasiswa Tekhnik Universitas Muhammadiyah (UM) Mujiburrahman mengatakan, anjlok nya harga jagung disebabkan oleh beberapa faktor.
Katanya, salah satu faktor anjloknya harga jagung karena disebabkan kelebihan pasokan pangan yang berkontribusi terhadap penurunan harga. Produksi jagung yang melimpah, baik di tingkat lokal maupun global, telah menciptakan persediaan yang berlebihan di pasar.
Baca Juga: DPO 11 Bulan Dikerangkeng Saat Demo Jagung di Bima
Selain itu, perubahan dalam permintaan, fluktuasi harga komoditas global, serta faktor eksternal seperti kebijakan perdagangan atau cuaca yang ekstrem juga dapat mempengaruhi harga jagung.
"Dampak dari anjloknya harga jagung dirasakan secara langsung oleh petani. Petani yang bergantung pada jagung sebagai sumber pendapatan utama menghadapi penurunan pendapatan yang signifikan. Mereka menghadapi kesulitan dalam mengelola biaya produksi yang tetap tinggi, seperti bibit, pupuk, dan tenaga kerja," kata Mujiburrahman Sabtu 20 April 2024.
Menurut Mahasiswa UM Bima itu, penurunan harga jagung juga dapat mengganggu keberlanjutan usaha pertanian mereka, dan juga mempengaruhi kesejahteraan ekonomi petani.
Baca Juga: Anjlok Harga Jagung Warga Minta Intervensi, Pemda Bima: Kami Tak Punya Kewenangan
Tak hanya berdampak terhadap petani, anjloknya harga jagung juga menciptakan tantangan bagi pelaku pasar pangan. Para produsen pakan ternak menghadapi tekanan untuk menyesuaikan harga pakan ternak dengan harga jagung yang lebih rendah.
