Figur Pilgub Tak Berani Tampil Langsung dan Hanya Andalkan Medsos: Mi6 Sebut Bisa Kehilangan Dukungan

- 13 April 2024, 14:38 WIB
Figur Pilgub Tak Berani Tampil Sosialisasi Langsung dan Hanya Andalkan Medsos: Mi6 Sebut Bisa Kehilangan Dukungan
Figur Pilgub Tak Berani Tampil Sosialisasi Langsung dan Hanya Andalkan Medsos: Mi6 Sebut Bisa Kehilangan Dukungan /

JURNAL SUMBAWA - Sejumlah figur yang akan tampil pada pemilihan Gubernur NTB 2024 mendatang belum juga mengambil sikap untuk mensosialisasikan diri langsung terhadap masyarakat. Mi6 menilai, sejumlah figur yang disebutkan yang akan tampil hanya mengandalkan Media Sosial sebagai wadah sosialisasi.

Sosialisasi melalui Media Sosial hanya membangun opini di tingkat elite belaka. Apalagi sampai terlalu lama ”testing the water”.

Lembaga Kajian Sosial Politik Mi6, mengingatkan agar poros dan pasangan figur-figur tersebut tidak hanya membangun untuk mengkonkritkan dan serius tampil pada pemilihan Gubernur. Bisa jadi kalah start akan kalah dari dukungan.

Baca Juga: Fiks, Bupati Lombok Tengah LPB Maju Jadi Calon Gubernur NTB

”Terlalu lama "testing the water" bagi kandidat dan pasangan kepala daerah dapat memiliki dampak negatif yang signifikan. Semakin lama kandidat menunda untuk mengambil tindakan nyata, semakin besar kemungkinan mereka kehilangan momentum,” kata Direktur Mi6 Bambang Mei Finarwanto di Mataram, Sabtu 13 April 2024.

Pilkada serentak 2024 pada Pemilihan Gubernur NTB, kata analis politik kawakan Bumi Gora yang karib disapa Didu ini, kini sudah memasuki tahapan secara resmi.

Awal Mei mendatang, penyerahan dokumen untuk persyaratan kandidat perseorangan bahkan sudah dibuka oleh KPU. Sementara pendaftaran resmi kandidat hanya dibuka tiga hari oleh KPU yakni pada 27-29 Agustus 2024.

Baca Juga: Update Terbaru, Nama-nama Calon Gubernur dan Wakil Gubernur NTB Tahun 2024

Karena itu, Didu mengemukakan, kandidat yang terlalu lama hanya melakukan "testing the water" mungkin kehilangan kesempatan untuk membangun dukungan awal yang penting dan memperoleh keunggulan kompetitif di fase-fase krusial.

Seperti diketahui, sejumlah poros kandidat calon gubernur dan wakil gubernur yang digagas berbagai pihak kini sudah mulai dimunculkan ke publik. Misalnya, ada Poros Tengah, yang menggagas tampilnya sejumlah figur nama-nama besar dari Lombok Tengah.

Kemudian muncul pula poros yang menempatkan Pj Gubernur NTB HL Gita Ariadi sebagai magnet utama. Ada pula figur-figur lain yang sudah dipasang-pasangkan. Seperti HL Pathul Bahri, Bupati Lombok Tengah yang juga Ketua DPD Partai Gerindra NTB, dipasangkan dengan Indah Dhamayanti Putri ( IDP ) yang merupakan Bupati Bima dan politisi Partai Golkar. Terakhir Poros Suhaili dengan Musyafirin, Iqbal - Rohmi, Iqbal - IDP  atau Iqbal - Musyafirin. 

Baca Juga: Koalisi Gerindra Golkar Pemilu di Daerah, LPB Fiks Kawin Dengan IDP

Sayangnya kata Didu, berbagai poros dan kandidat tersebut, saat ini hanya masih membangun opini di tingkat elite belaka. Belum terlihat Aksi-aksi nyata dari mereka, kecuali cuma masif mengenalkan diri di Group-group percakapan aplikasi perpesanan atau juga melalui media sosial. Hal yang dimaknai sebagai upaya sekadar ”cek ombak” atau “testing the water” semata.

”Bicara belaka tanpa aksi nyata yang konkret, hanya akan menimbulkan ketidakpastian di antara pemilih dan pendukung potensial. Ketidakpastian ini malah hanya akan dapat merusak citra kandidat sebagai pemimpin yang tegas dan dapat diandalkan,” tuturnya Didu

Didu menekankan, salah satu aspek penting yang harus dilakukan di fase awal pilkada seperti saat ini adalah memperkuat nama kandidat di benak pemilih. Dan terlalu lama Menunda-nunda untuk masuk ke arena politik yang sesungguhnya dapat mengurangi jumlah waktu yang tersedia untuk memperkenalkan diri kepada pemilih dan memperkuat identitas dan pesan kandidat.

Baca Juga: AMPI Akan Gelar Diskusi Kupas Soal Demokrasi Bima: Apakah Ada Kaitannya Dengan Kepemimpinan IDP Dahlan?

Belum lagi jika memperhitungkan para pesaing justru sudah selangkah lebih maju. Seperti sudah aktif membangun dukungan, memperkuat basis pemilih, dan mengumpulkan sumber daya. Sehingga kata Didu, terlalu lama menunda aksi nyata dapat memberikan keunggulan kepada pesaing yang lebih proaktif dan dapat mengurangi peluang kandidat yang masih ”testing the water” untuk berhasil.***

Editor: Ahmad D


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah