Bulan Ramadhan Mempertaruhkan Nasib Anak Pada Gula Berkedok Susu

3 April 2023, 10:22 WIB
Bulan Ramadhan Mempertaruhkan Nasib Anak Pada Gula Berkedok Susu /

JURNAL SUMBAWA - Bulan Ramadhan banyak sekali makanan yang dibuat dengan ciri khas Masing-masing. Makanan yang dibuat yang bahan dasar dari Es buah, es pisang ijo, dan kolak merupakan menu yang lumrah ditemui dalam hidangan selama Ramadhan. Biasanya pelengkap yang digunakan pada menu tersebut seperti gula, sirup, atau kental manis.

Kehadiran pemanis tersebut menjadi wajib, mengingat kebiasaan masyarakat ‘"Berbuka puasa dengan yang Manis,'’.

Sudah lama diyakini, susu menjadi salah satu asupan yang baik bagi anak, terutama pada masa golden age. Pada masa ini, perkembangan otak anak bisa mencapai 80 persen.

Baca Juga: Susu Kental Manis Bisa Picu Diabetes Pada Anak, Dokter Tan: Susu Mengandung Kurang Lebih 20 Gram Gula

Kandungan nutrisi yang terdapat di dalam susu seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan beragam mineral dapat menunjang pertumbuhan anak dan memberikan stimulasi yang tepat untuk perkembangannya.

Meski perdebatan tentang manfaat susu untuk anak belakangan ramai diperbincangkan, kenyataannya, susu telah sejak lama dipercaya menjadi pelengkap gizi anak.

Salah satu studi pertama tentang konsumsi susu pada 1928 oleh Chairman dari The Research Comittee of the Scottish Milk and Health J. Boyd ORR. Penelitian ini memperkirakan peningkatan 20% tinggi dan berat badan untuk anak-anak Skotlandia berusia 5 hingga 14 tahun yang mengonsumsi susu sebagai tambahan dari diet normal mereka selama tujuh bulan dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengkonsumsi susu.

Baca Juga: Ada Logo ‘Pilihan Lebih Sehat’ Pada Kemasan Susu Siap Minum 

Lebih lanjut, studi yang dilakukan pada Anak-anak sekolah di New Guinea pada 1970 - 1977, menemukan adanya peningkatan yang signifikan berat dan tinggi badan anak-anak yang mengkonsumsi susu sekolah.

Terbaru, penelitian yang dipublikasi oleh Scientific Reports melalui nature.com pada 2020 menegaskan hasil positif antara konsumsi susu dan pertumbuhan anak.

“Kami menemukan bahwa konsumsi susu dikaitkan dengan peningkatan skor berat badan terhadap usia dan tinggi terhadap usia dan mengurangi kemungkinan menjadi sangat kurus atau terhambat,” sebagaimana dilansir dari nature.com pada Jum’at 24 Maret 2023.

Di Indonesia, pro kontra mengenai pentingnya asupan susu dipicu oleh belanja susu yang menjadi menjadi beban ekonomi tersendiri bagi warga miskin.

Baca Juga: Kementan Dorong Perluasan Industri Susu Sapi Perah

Sebagaimana diketahui, tingginya angka kemiskinan masih menjadi problem sosial di berbagai daerah di Indonesia. Data BPS menunjukkan pada Maret 2022 terdapat sebanyak 26,16 juta penduduk miskin. Penduduk miskin adalah masyarakat dengan pengeluaran per hari tidak lebih dari Rp. 17.851.

Dengan kemampuan ekonomi keluarga yang rendah tersebut, jelas para kepala rumah tangga harus putar otak untuk mengatur prioritas belanja rumah tangga.

Harga murah dan ekonomis menjadi alasan utama. Alhasil, untuk kebutuhan anak pun tak sedikit yang memilih susu jenis kental manis sebagai minuman hariannya.

Selain harga yang lebih murah dibanding susu bubuk atau cair, kental manis tersedia dalam kemasan sachet dan mudah di peroleh.

Imah, ibu dari balita usia 3 tahun warga kedapatan membeli 2 sachet kental manis di warung dekat rumah di desa Cijantur, Bogor, Jawa Barat.

Baca Juga: Kasus TPPU Rafael Alun Trisambodo! Selain Artis Inisial R, 25 Artis Lainnya Terlibat Termasuk 3 Band Besar

Ia mengaku membeli susu untuk persediaan minum anaknya sebelum tidur. Setiap hari Imah menambahkan 1-2 sachet kental manis warna putih ke dalam belanja hariannya. Hal itu dilakukan sebab sang suami yang bekerja sebagai buruh tani mendapat upah secara harian.

Tak jauh berbeda dengan Imah, Dewi (40 th) memberikan kental manis untuk anak ketiganya sejak usia 3 bulan. Alasannya, Dewi bekerja sebagai buruh pabrik konveksi yang membuatnya tidak bisa menyusui sang buah hati dari pagi hingga sore. Pilihan jatuh pada kental manis, sebab harganya yang terjangkau.

“Anak pertama dan kedua saya dulu ASI full, karena bapaknya masih kerja. Saat anak bungsu saya lahir, bapaknya udah nggak kerja. Untungnya saya masih keterima kerja di pabrik. Jadi saya kerja buat makan, bayar kontrakan sama susu anak terpaksa beli yang murah,” beber Dewi.

Sejatinya, BPOM dan Kemenkes sejak 2018 telah melarang penggunaan kental manis sebagai minuman susu untuk anak. Kandungan gulanya yang tinggi dan minim nutrisi menjadi alasan.

Namun, hingga saat ini masih jamak masyarakat yang memberikan kental manis sebagai minuman untuk anak.

Baca Juga: Sukses Gelar Pelantikan PB HMI, Mahfut Kanafi Soroti Mundurnya Demokrasi dan Penegakan Hukum Tebang Pilih

Di Tigaraksa, Tangerang misalnya. Pada umumnya masyarakat masih mengenal kental manis sebagai susu. Seorang pemilik warung secara otomatis menyodorkan kental manis saat ada pelanggan menanyakan susu. “Mau yang putih atau coklat?” demikian pertanyaan pemilik warung sambil menjangkau rencengan sachet kental manis yang tergantung saat pembeli menanyakan susu.

Pada 2020, sebanyak 24 bayi di 7 desa wilayah kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang mengalami stunting.

Tak hanya alasan ekonomi yang membuat orang tua memberikan kental manis sebagai asupan harian untuk anaknya. Sebagian justru karena rasanya yang manis dan enak, lebih disukai oleh anak dibanding susu bubuk yang rasanya agak hambar. Sudah bukan rahasia lagi, manis dan gurih adalah salah satu rasa yang disukai anak.

Gula dan makanan berkarbohidrat tinggi lainnya meningkatkan kadar dopamin (memberi sensasi menyenangkan) di otak. Saat kadar dopamin rendah, maka mereka semakin menginginkan makanan manis ini. Hal inilah yang membuat anak yang sudah terbiasa dengan rasa manis seperti kental manis beresiko mengalami gangguan gizi.***

Editor: Ahmad D

Tags

Terkini

Terpopuler