Terjadi Karhutla tiap tahun, BNPB minta tambah anggaran Rp1,084 Triliun, anggota DPR Pertanyakan

- 23 Maret 2021, 09:00 WIB
Anggota Komisi VIII DPR RI Rudi Hartono Bangun
Anggota Komisi VIII DPR RI Rudi Hartono Bangun /ANTARA/Andri/Man

Wartasumbawa.com – Anggota Komisi VIII DPR RI Rudi Hartono Bangun mempertanyakan pengajuan penambahan anggaran untuk menangani  kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di tahun 2021 sebesar Rp1,084 triliun.

Hal tersebut disampaikan dalam Rapat Kerja Komisi VIII DPR RI dengan Menteri Sosial, Menteri Keuangan, dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terkait anggaran penanggulangan bencana, Selasa 16 Maret 2021 lalu.

“Apakah sampai sebesar itu (anggaran) untuk menyiram kebakaran, sementara kebakarannya sekarang dimana? Mengapa tidak untuk penanganan bencana banjir dan longsor yang dinaikkan (anggarannya), mengingat masalah ini yang sekarang menjadi prioritas,” tanya Rudi kepada Kepala BNPB.

Baca Juga: Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. Orang Terpapar Radikalisme Karena Media Online

Berdasarkan rapat tersebut, BNPB juga diketahui masih memiliki tunggakan pembayaran penanganan karhutla sebesar Rp1,36 triliun kepada sektor swasta.

Dana itu digunakan untuk penanganan karhutla sepanjang tahun lalu di enam provinsi di Indonesia. Terkait tunggakan tersebut, legislator daerah pemilihan Sumatera Utara III itu lantas mempertanyakan penggunaan anggaran tersebut.

Baca Juga: Imbas dari outnya Tim Bulutangkis Indonesia, Jepang Borong All Enggland 2021

“Kenapa sampai vendor yang kelola helikopter air belum juga mendapatkan pembayaran,” tanyanya, sebagaimana dikutip Wartasumbawa-Pikiran Rakyat dari laman dpr.go.id pada 22 Maret 2021.

“Kalau logika berpikir dengan anggaran sebesar ini BPKP tidak menyetujuinya, ya sebab memang besar sekali. Anggaran Rp1 triliun itu besar, bisa jadi kota lahan kebakaran itu,” tegas politisi Fraksi Partai NasDem itu.

Baca Juga: Inggris minta maaf setelah nasi jadi bubur, WNI tetap Kecewa, Tim Merah Putih Nihil gelar

Rudi juga mempertanyakan penyaluran dana lembaga penanggulangan bencana itu bagi korban banjir dan gempa bumi yang diberikan BNPB kepada pemerintah daerah tingkat II.

Padahal pemerintahan kabupaten-kota tersebut memiliki anggaran dana alokasi khusus (DAK) dan dana alokasi umum (DAU) masing-masing. Untuk itu, Kepala BNPB diminta untuk segera memperbaiki tata kelola dana bantuan.

“Siapa yang tahu dana tersebut sampai atau tidak. Saya mengalami sendiri, dimana beberapa waktu lalu dirinya memberitahu  di daerah ada kebanjiran dan meminta disalurkan dana. Menurut anak buah Pak Doni (Kepala BNPB) sudah menyalurkannya dana ke daerah, tetapi beberapa hari kemudian korban kebanjiran mendatangi dirinya dan mempertanyakan bantuan itu, yang tak kunjungi diterima,” ungkapnya.

Rudi sempat mempertanyakan terkait anggaran yang digunakan untuk kampanye protokol kesehatan yang memunculkan Ketua BNPB Doni Monardo sebagai Ketua Satgas Penanganan Covid-19.

Ia pun menyampaikan rasa herannya terkait banyaknya gambar Doni Monardo di jalan-jalan serta di televisi. Terutama, yang disorot yaitu layar yang menampilkan Doni Monardo di Jalan Thamrin, Jakarta.

“Saya kan waktu pulang lewat Thamrin itu melihat ada layar besar, ini kok gambar Pak Doni Semua. Ke sana sedikit lagi deket PI (Plaza Indonesia), Pak Doni lagi gitu. Makanya siapa yang bayar pak, apakah dana iklan itu? Apakah mau nyalon atau apa itu pak? Terkait anggaran komunikasi publik, apakah itu anggaran komunikasinya dari situ?” tanya Rudi.

Ketua BNPB Doni Monardo mengaku tidak tahu menahu adanya foto dirinya yang muncul dalam iklan-iklan di jalan raya hingga di televisi.

Bahkan, sebagai Ketua Satgas Penanganan Covid-19, pihaknya menegaskan tak pernah meminta secara khusus untuk dimunculkan dalam layar tersebut.***

Editor: M. Syaiful

Sumber: dpr.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah