Head of Human Resource Unit UNDP Indonesia Mendorong Kesetaraan Gender Di Dunia Kerja

- 9 April 2021, 08:14 WIB
Kementerian pemberdayaan perempuan
Kementerian pemberdayaan perempuan /Dok/ Kemenpppa

Wartasumbawa.com – Marginalisasi terhadap perempuan menjadi issu yang harus di carikan pemecahannya terutama kedudukan perempuan di dunia kerja.

Walaupun Posisi perempuan tidak bisa di samakan dengan posisi laki-laki, baik dari sisi karakter maupun fitrah, tapi agenda menyetarakan posisi laki-laki dan perempuan terus digalakkan agar mendapatkan hak yang sama bahkan di perempuan di dorong untuk menjadi pemimpin dalam dunia kerja seperti layaknya laki-laki.

Menegaskan Posisi Perempuan dalam dunia kerja, Astiti Sukatrilaksana, Head of Human Resource Unit UNDP Indonesia, mengatakan perusahaan perlu merekrut para pemimpin yang memiliki keberpihakan kepada kelompok marginal atau rentan seperti perempuan. 

Baca Juga: Gelar Rapat Persiapan Penyambutan Ramadhan, Bupati Banyuwangi Buka Pasar Takjil

"Pemimpin seperti itu dapat membangun lingkungan kerja yang saling menghormati antara rekan kerja yang memiliki gender yang berbeda, posisi/level, usia yang berbeda guna mengatasi ketidaksetaraan gender," ujarnya dalam panel hari ke-2 Women Lead Forum 2021 bertajuk "Mendukung Kepemimpinan Perempuan: Kebijakan dan Perubahan Norma", Kamis, dilansir Wartasumbawa dari banten.antaranews pada 09 April 2021.

UNDP Indonesia sendiri pada tahun 2020 menerima Gold Gender Equality Seal Certification, sebuah penghargaan dan pengakuan dari dunia usaha serta organisasi multilateral yang menyatakan bahwa program dan mesin penjalan UNDP di Indonesia telah mempromosikan kesetaraan gender.  

Hari kedua Women Lead Forum 2021 menyuarakan pentingnya menempatkan perempuan di posisi kepemimpinan untuk mendorong kesetaraan gender di tempat kerja. Selain itu, para pemimpin media juga menekankan pentingnya literasi gender di media untuk mengubah norma yang masih patriarkal dan menghambat perempuan.

Baca Juga: Tunanetra Merajut Asa dari Ruang Gelap Kehidupan

Dalam forum yang diselenggarakan oleh Magdalene.co, majalah daring yang berfokus pada isu perempuan, dengan dukungan penuh dari Investing in Women, sebuah inisiatif dari Pemerintah Australia, juga diumumkan ketiga pemenang kompetisi video Instagram #KantorDukungPerempuan, serta pemenang pilihan pembaca. 

Para pemenangnya adalah Astridinar V. Elderia dari SOS Children’s Village (Pemenang Pertama); Sisilya Fujiya dari BTPN (Pemenang Kedua); dan Elisabet Tening dari Radio Volare (Pemenang Ketiga). Pemenang Pilihan Pembaca adalah Dita Agustia dari The Body Shop Indonesia. 

Terkait dengan perubahan norma, Executive Director Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE), Maya Juwita mengatakan, meskipun sudah ada kebijakan pengarusutamaan gender, namun masih ada aturan-aturan yang berlawanan dan berpotensi menghambat pencapaian kesetaraan gender.

Baca Juga: IAIN Pontianak menggelar Sertifikasi SWK bagi Calon Pengurus Ormawa Intra Kampus

“Sebenarnya sudah bagus bagaimana Presiden Joko Widodo sendiri beberapa tahun lalu ditunjuk oleh PBB sebagai duta He for She untuk kesetaraan gender. Namun, jangan sampai ada kebijakan-kebijakan yang berkonflik, misalnya RUU Ketahanan Keluarga, yang menginginkan agar perempuan kembali ke ranah domestik,” ujarnya.

Usman Kansong, Direktur Pemberitaan Media Group, mengakui bahwa literasi gender para pemimpin perusahaan media tergolong masih rendah, bahkan di kalangan pemimpin perempuan. Hal ini berpengaruh kepada perspektif dan hasil pemberitaan di media, yang masih mencerminkan budaya yang patriarkal.

Selain itu, menurut Usman, lembaga-lembaga pengawas media seperti Dewan Pers dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) belum berfungsi secara optimal dalam konteks perspektif gender. 

Baca Juga: Besar Pasak Daripada Tiang, ini Tips Kelola Keuangan Kaum Milenial

“Alih-alih mengadvokasi isu-isu gender, dua lembaga ini lebih banyak melarang. Misalnya KPI jadi mengatur hal-hal berbau agama, misalnya olahraga loncat indah [tubuh atletnya] di-blur. Perempuan yang pasti pakai baju renang, masa disensor?” ujarnya.

Terkait masih tidak seimbangnya proporsi perempuan jurnalis dan pemimpin di perusahaan media, Pemimpin Redaksi IDN Times, Uni Lubis, mengatakan bahwa masih ada norma dan budaya yang menghambat perempuan jurnalis dalam meniti kariernya, seperti beban domestik dan pola kerja yang tidak ramah perempuan.

“Ada ekosistem yang harus dibangun untuk mendukung perempuan mencapai posisi tinggi di kantor media, yaitu dari keluarga dan lingkungan di sekitarnya. Misalnya, dulu saya sering harus pulang jam 12 malam. Mungkin tetangga nanya, ini kerjanya apa? Jika punya pasangan yang tidak mendukung, pasti tidak boleh,” ujarnya.

Baca Juga: Persiapan Penentuan Awal Ramadhan, Kemenag RI Siapkan 86 Lokasi Pemantauan Hilal

Pemimpin Redaksi Magdalene.co, Devi Asmarani mengatakan, selain pengarusutamaan  perspektif gender di media, konsumen media perlu diberdayakan agar lebih kritis dan mengetahui kekuatan mereka untuk mendorong media lebih baik.

"Konsumen media harus mengetahui bahwa mereka layak mendapatkan yang lebih baik dan mengonsumsi media yang tidak mengekslusi kelompok lain, atau gender tertentu. Konsumen harus lebih banyak menuntut media untuk berubah," ujarnya.

Dalam sesi stand-up comedy, Komika Ligwina Hananto mengajak perempuan agar menuliskan ceritanya sendiri dan maju sebagai pemimpin. 

Halaman:

Editor: Fahrur Rozi

Sumber: Banten.antaranews.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah