Meski tidak ada biaya yang dikenakan terhadap siswa, PKBM Maleo menyediakan makan siang bagi seluruh siswa. Hal itu dilakukan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan gizi siswa.
Kepala sekolah PKBM Maleo, Astrid Daulay, menjelaskan kondisi gizi kurang baik para siswa dikarenakan masalah sosial serta ekonomi dan kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan gizi.
Ia mengatakan, Rata-rata Nak-anak tidak sarapan sebelum berangkat ke sekolah, kebiasaan yang buruk kemudian kebiasaan jajan yang tidak sehat seperti es sasetan yang harganya 1.000-2000 rupiah dan makanan yang menggunakan bumbu-bumbu penuh dengan penyedap rasa.
"Jadi siswa sering sakit perut dan kepala, tak jarang juga sering pingsan pada pelaksanaan upacara, atau kegiatan rutinnya,” ujar Astrid.
Siswa PKBM Maleo berasal dari keluarga prasejahtera, dimana saat di rumah asupan yang didapat kurang. Karena itu pihak sekolah mengupayakan asupan gizi mereka yang cukup.
“Dengan adanya edukasi gizi, pelan-pelan kita bangun kesadaran gizinya, dan semoga mereka dapat menerapkan di lingkungan keluarganya,” pungkas Astrid.
Ia pun berharap agar kedepannya lebih banyak lagi komunitas maupun pihak manapun yang dapat membantu masyarakat prasejahtera agar paham menjaga kesehatan untuk masa depan generasi bangsa yang lebih baik.***