Sepak Bola Pertandingan yang Diharamkan di Masa Kesultanan Khilafah Utsmaniyah, Simak Sejarahnya Disini

26 Maret 2023, 11:51 WIB
Ilustrasi: Sepak Bola Pertandingan yang Diharamkan di Masa Kesultanan Khilafah Utsmaniyah, Simak Sejarahnya Disini /Dok. PSSI/

JURNAL SUMBAWA - Sekitar abad ke 2 dan ke 3 sebelum masehi dimasa dinasti han, permainan sepak bola saat itu masyarakat china dengan cara menggiring dan memasukan bola kedalam jaring kecil.

Sepak bola kemudian berkembang dan menjadi olahraga terpopuler keseluruh dunia sehingga resmi menjadi cabang olahraga pertama yang dipertandingkan dalam kompetisi olahraga terbesar dunia, yaitu olimpiade.

Dilansir dari channel youtube muslimah media center menjelaskan, Piala dunia sebagai kompetisi sepak bola internasional pertama kali dilaksanakan pada tahun 1930 di Uruguay.

Baca Juga: Ini Alasan Kenapa Puasa Itu Keren, dr. Zaidul Akbar: Manfaatnya Dahsyat

Antusias masyarakat terhadap sepak bola memancing berbagai kompetisi di berbagai tempat dari tingkat desa hingga piala dunia.

"Pertandingan antar klub, daerah atau Negara telah melahirkan fanatisme antar supporter, fenomena seperti ini sering dianggap wajar sebagai ekspresi dari sebuah cinta atas dasar rasa setanah air, sebangsa, senegara, atau sebuah komunitas semu (fans club)," ungkap didalam vudeo channel youtube muslimah media center.

Lebih lanjut, sikap Ashobiyah ini mudah memancing kerusuhan yang dilakukan supporter, Ashobiyah juga melahirkan sikap rasisme merendahkan orang lain karena perbedaan ras dan warna kulit.

Baca Juga: Begini Penjelasan dr. Zaidul Akbar Terkait Hubungan Antara Makan Dengan Puasa

Maka tak heran jika Sultan Abdul Hamid II yang berkuasa dimasa Khilafah Utsmaniyah tidak mengijinkan umat islam untuk tidak ikut berkompetisi dalam ajang sepak bola.

Pada 1900 M misalnya, ketika klub pertama yang diisi dan dibentuk oleh kaum muslimin mengikuti pertandingan dengan nama inggris “Black Stocking Fc” ditengah pertandingan, polisi Khilafah menginstruksikan dan melengkapi para pemainnya.

Klub itu dibubarkan pasca pertandingan pertamanya, penggunaaan nama berbahasa inggris, memang disengaja agar tim mereka lolos dari mata-mata Sultan Abdul Hamid II.

Baca Juga: Saat Bekerja Tapi Tetap Puasa, Ini Tips Agar Puasa Tetap Kuat Kata Dokter Reisa Broto Asmoro

Dua tahun sebelumnya cara serupa dilakukan oleh seorang tentara Muslim Utsmaniyah bernama Fuat Husnu Kayacan, ketika ia ikut bermain bola di tim cadi-Keuy (Pelafalan Inggris untuk kawasan Kadikoy).

Ia mendaftarkan namanya atas nama "Bobby bukan dengan nama aslinya, seiring meningkatkan efuria masyarakat, Sultan Abdul Hamid II memerintahkan polisi-polisinya untuk mengintrogasi kaum muslimin yang terlibat dalam kompetisi bola tersebut.

Kemudian Sultan membolehkan berdirinya klub sepak bola Muslim dengan catatan bahwa sepak bola sama dengan cabang olahraga lain seperti anggar, sanam hingga angkat besi, yang anya boleh dilakukan sebagai olahraga untuk menjaga kebugaran dan bukan permainan yang berbagai unsur haram didalamnya.

Oleh karena itu, meski klub boleh berdiri namun kaum muslimin dilarang ikut kompetisi.

Baca Juga: 3 Zodiak Dibawah Ini Ada Cancer, Leo dan Virgo Hari Ini Minggu 26 Maret 2023

Namun pasca Sultan Abdul Hamid II tak lagi menjadi khalifah, klub bola muslim boleh ikut dalam kompetisi.

Lebih lanjut dijelaskan, pasca revolusi Turki Muda dan penggulingan Sultan, meski jabatan Khalifah masih ada dan diampu oleh Sultan Mehmed V Resyad, namun pemerintahan Utsmaniyah sebenarnya dikendalikan oleh kalangan Turki Muda dan Al-ittihad Waaltiroqi yang berhaluan liberal.

"Dimasa masa itulah klub yang beranggotakan kaum muslimin ikut berkompetisi dalam liga jumat Istanbul pada tahun 1912 yang dimainkan setiap hari jumat," ungkapnya lebih lanjut didalam channel itu.

Seiring semakin maraknya sekularisme dan penghilangan berbagai atribut kaum muslimin termasuk bahasa arab banyak klub olahraga Turki yang menyesuaikan mulai dari logo hingga atribut berpakaian.

Baca Juga: Tips Makan Kurma Kata Dr. Zaidul Akbar: Begini Baiknya Biar Tidak Naik Gula Darah

Logo klub Glatasa misalnya, pada 1905-1923 Masehi menggunakan Hijaiyah, Ghayn dan Syin, logo itu kemudian diubah dengan Al-fabet Eropa G dan S.

menilik sejarah tersebut Muslim seharusnya menyadari bahwa di satu masa sepak bola pernah dipandang sebagai sarana kebugaran, dan dimasa lain sepak bola justru seringkali menjadi hiburan yang melalaikan.

Bahkan dalam kapitalisme dijadikan sebagai ajang kompetisi untuk meraih popularitas di arena kejuaraan dan mencetak uang. Alhasil hal ini memunculkan kerusuhan, Ashobiyah, dan melahirkan sikap rasisme.

Selain itu sepak bola digunakan untuk memperkuat nasionalisme, kompetisi sepak bola hanya dimanfaatkan para Kapital untuk mendulang keuntungan dan memecah persatuan kaum Muslim hanya karena membela tim dari negaranya masing-masing.

Baca Juga: Bukan Hanya Kurma dan Minyak Zaitun, Ternyata Masih Ada Makanan Disebut Al-Qur'an Untuk Sahur dan Buka Puasa

Hanya khilafah yang mampu mewujudkan sepak bola dan olahraga lainnya dengan tujuan yang benar bernilai Ruhiyah dan membawa maslahat.***

Editor: Ahmad D

Tags

Terkini

Terpopuler