JURNAL SUMBAWA - Pertandingan sepak bola Arema FC dengan Persebaya Surabaya menyita perhatian publik dan potensi langgar aturan FIFA
Pertandingan Dua Klub Arema FC dan Persebaya Surabaya bukan hanya menyita kalangan masyarakat Indonesia, tetapi media internasional mengabarkan kerusuhan yang terjadi
Pertandingan tersebut Pekan di musim 2022-2023 mempertemukan kedua tim di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.
Dalam kerusuhan itu, seorang penonton yang berada di lokasi, melalui akun Twitternya @Rezqiwahyu_05 menyaksikan sendiri tembakan gas air mata di mana-mana.
Dari kerusuhan tersebut, penembakan Gas Air Mata yang dilakukan oleh aparat di stadiun, telah melanggar aturan FIFA yang berlaku.
Hal itu dilakukan aparat untuk memukul mundur pada supporter.
Sebenarnya dalam keputusan pihak kepolisian menembakkan gas air mata melanggar aturan FIFA.
Larangan itu termaktub dalam dalam pedoman FIFA Stadium Safety and Security Regulation.
Seperti dilihat pada pasal 19 poin B disebutkan bahwa penggunaan senjata api dan gas air mata untuk menggedalikan massa tidak boleh dilakukan sama sekali.
Berikut bunyi pasal 19 poin B:
Baca Juga: Geger, Warga Temukan Mayat Dalam Posisi Tergantung di Desa Nggelu NTB
Terjemahan:
(19)Petugas di pinggir lapangan
Untuk melindungi para pemain dan ofisial serta menjaga ketertiban umum, diperlukan penempatan steward dan/atau polisi di sekeliling lapangan permainan. Saat melakukannya, pedoman berikut harus dipertimbangkan:
a) Setiap steward atau petugas polisi yang ditempatkan di sekitar lapangan permainan kemungkinan besar akan direkam di televisi, dan oleh karena itu perilaku dan penampilan mereka harus memiliki standar tertinggi setiap saat.
b) Tidak ada senjata api atau “gas pengendali massa” yang boleh dibawa atau digunakan.
Namun sebelumnya, pertandingan itu akhirnya dimenangkan Persebaya Surabaya dengan skor 3-2 dari Arema FC.
Baca Juga: Kronologi Tragedi Kerusuhan Arema FC vs Persebaya Surabaya yang Memakan Ratusan Nyawa
Seakan tak terima dengan kekalahan tim kesayangannya, Aremania membuat kerusuhan
Mereka memaksa masuk ke lapangan dan menyerang pemain dari kedua tim.
Beruntung kedua tim langsung diamankan pihak berwajib.
Sementara itu, ratusan orang dikabarkan meninggal dunia akibat kerusuhan tersebut.
Baca Juga: Persib Dan Persija Berduka Untuk Korban Jiwa Kerusuhan: Tidak Ada Sepak Bola Seharga Nyawa
Korban kerusuhan tersebut ternyata lebih banyak ketimbang tragedi Heysel yang mempertemukan Liverpool vs Juventus.
Saat itu kedua tim memperebutkan jawara Liga Champions 1984-1985 di partai final.
Akibat tragedi ini, Indonesia bisa saja terancam sanksi FIFA.
Paling berat terancam pencaburan status tuan rumah Piala Dunia U-20 yang bakal digelar pada tahun 2023 mendatang.
Belajar dari tragedi Heysel pada 29 Mei 1985, saat itu 39 orang meninggal dunia akibat tembok Stadion Heysel runtuh.
Baca Juga: Korban Kerusuhan Usai Laga Arema FC vs Persebaya Surabaya Bertambah Jadi 53 Orang
Dua hari usai tragedi itu, FIFA menjatuhkan sanksi berupa hukuman larangan tampil di kompetisi antaraklub Eropa sepala lima tahun. ***